Pelantikan Ketua-Ketua Lembaga OKJP FT-UH

Hari Kebangkitan Nasional yang ke 103,yah hari kebangkitan yang tiap Tanggal 20 Mei itu, yang katanya dari beberapa sumber adalah hari dimana pergerekan memperjuangkan kemerdekaan kita dimulai. Tapi bertepatan dengan hari kebangkitan tahun ini OKJP FT-UH kembali bisa tersenyum lebar merekah berkat datangnya pemimpin baru yang dilantik petang kemarin.
Disela-sela peringatan Hari Kebangkitan Nasional, keceriaan tampak terlihat dilantai dasar Rektorat Universitas yang katanya terbesar diIndonesia Timur. ada Pengurus-pengurus baru HMP FT-UH dan juga Ketua baru DMMP FT-UH. Namun sayang beribu sayang, tak seorangpun wakil dari Pejabat teras kampus yang menampakkan batang hidungnya, entah mereka sudah dikabari atau belum namun tentu saja ini akan menjadi sebuah pertanyaan bagi beberapa warga OKJP FT-UH maupun OKFT-UH.
Lupakan Pejabat teras kampus, yang jelas sang penerus sudah mendapatkan “teropong” dari Nahkoda OKJP periode lalu, ada banyak agenda yang belum terselesaikan, diantaranya KMT yang berlarut-larut hingga rasanya menjadi hambar tak karuan, tak jelas siapa figur yang akan menjadi penerus, meskipun beberapa suara-suara sumbang masih biasa terdengar, namun tak kunjung juga ada yang tampil gagah berteriak “AKU SIAP!”, mungkin masih ragu-ragu sayapun tak tahu.
Saya Cuma terkadang berfikir,mengapa saat ini rasa menggebu-gebu seperti setahun lalu kami alami hilang bak ditelan gelar “ST” yang tidak jauh dan tidak pula terasa dekat, apakah memang itu hal lumrah dialami orang orang pada fase yang kami alami saat ini? Mengingat hal tersebut pernah pula terjadi pada angkatan sebelumnya. Jika mengingat kepaniatiaan terakhir kami di Teknik, kami sering kali mendengar dan mendapatkan materi tentang metode yang akan kami terapkan di sosialisasi calon anggota baru OKFT-UH,yaitu grafik Kondisi Individu, sehingga kadang saya berfikir mungkinkah itu yang terjadi kepada kami, setelah terjadinya klimaks di tingkat jurusan lalu terdapat rentan waktu yang cukup lama akibat kongres yang terlalu lama bersengketa pada persoalan Bahasa dan bentuk Administrasi sehingga menimbulkan rentan waktu yang panjang dan lumayan membosankan, sehingga setelah melewati klimaks tadi para calon pemimpin di OKFT-UH ini kehilangan momentumnya.
Jujur sejujur-jujurnya dari hati yang paling jujur dan terasa jujur saya mengucapkan terima kasih yang tiada taranya berkat Ilmu Administrasi yang saya dapat di OKFT-UH, ketika berkunjung ke BEM fakultas lain, belum saya dapatkan Administrasi yang lebih “Baik” dibanding yang diterapkan di Teknik saat ini , atau buruknya mungkin saja ada tapi saya tak memperoleh kabarnya dan mendapatinya, tak mengapalah kita ambil sampel yang saya peroleh saja, toh ini merupakan OPINI semata. Tapi saya agak terheran-heran dibuatnya ketika Administrasi yang begitu baik, tatanan yang begitu “Wah-nya” namun mungkin sangat minim kontribusinya kepada masyarakat, kita terus saja berkutat dengan persoalan-persoalan Internal, bahasa PDO maupun keformalitas-formalitasan lainnya. Tak pernahkah kita berfikir diluar kotak sekali dua kali saja? apa gunanya Musyawarah berlarut-larut dengan bahasa hukum dan kamus-kamus bahasa Indonesianya jika hanya menghambat pergerakan Siswa-siswa yang dijuluki “MAHA” apa untungnya kongres-kongres itu jika pada hakekat kita sebagai Agen of change terhalangi cahaya silau kemilau retorika-retorika dihadapan palu sidang semata?, seberapa efektifkah jalannya Social of control dibawah kendali Presidium sidang dibanding seorang pemimpin defenitif? Yah sudalah itu hanya sedikit pertanyaan-pertanyaan bodoh yang tak perlu dicarikan jawabannya atau membentuk paradigma berfikir, lebih baik kembali kita menyusun PDO kita agar bisa terkontrol dibawah kendali PDO dan struktur yang jelas.
Kita kembali kepelantikan atau kemarin disebut “Serah Terima jabatan” yang kebetulan berlangsung sore tepat dihari kebangkitan nasional, mudah-mudahan Perkapalan dan Teknik bangkit dari tidur panjangnya untuk membangunkan Kampus katanya-katanya dan katanya ter-beken-ini di kota daeng, yang juga bernama si Pahlawan Nasional cerdas itu, dari hipnotis “WORLD UNIVERSITYnya” sehingga si Mahasiswa tak lupa bahwa dirinya adalah Mahasiswa yang punya Tri Dharma yang harus diamalkan (Bukan Dihapalkan). Saya sedikit berharap sebenarnya karena ketua himpunan baru”KU” sempat mengatakan dalam awal pidatonya “Saya bukan orang yang Formal-Formal Amat”katanya (Muh.Randi RJ.Red), pastilah Insya Allah kita akan tercerahkan dengan pemimpin baru, dengan gaya baru, elegan dan bebas Pencitraan yang katanya-katanya dan katanya diNegri ini diperkenalkan oleh Presidenku, Amin.
Terakhir saya ucapkan selamat datang buat salah seorang dari banyak legenda Perkapalanyang sempat hadir kemarin, Selamat datang diTeknik Ala Kami. Saya sempat mengingat sedikit tamparan dari seorang kawan (yang mudah-mudahan akan sarjana juga) “Membusuklah dengan Gelar Sarjanamu kawan”

Salam Pelantikan!
(The Big Mouth)

Pers Propeller

PERS PROPELLER

Berusaha mengadirkan berita-berita mengenai perkapalan indonesia pada umumnya dan hal-hal yang menyangkut Organisasi Kemahasiswaan Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar

Blogger Profil

Koord. UNIT PERS


RONY CHRISTANTO

Koord. Unit Pers HMP FT-UH Periode 2011/2012

KETUA UMUM HMP FT-UH

MUH. RANDY RJ

KETUA UMUM HMP FT-UH Periode 2011/2012

Ketua DMMP FT-UH


ERWIANSYAH

KETUA DMMP FT-UH Periode 2011/2012

DEBAT KANDIDAT


Debat Kandidat calon ketua-ketua lembaga OKJP FT-UH akhirnya digelar kemarin siang tanggal 9/Mei/2011,bertempat dipelataran Jurusan Perkapalan yang dihadiri sekitar 50an Anggota OKFT-UH,sejumlah perwakilan Jurusan lainpun datang dalam debat kandidat tersebut.
Debat kandidat yang menampilkan masing-masing tiga calon ketua Dewan Musyawarah Mahasiswa Perkapalan dan tiga calon ketua Umum Himpunan Mahasiswa Perkapalan FT-UH yang kesemuanya berasal dari Angkatan 2008. Pemilihan calon ketua Dewan Musyawarah Mahasiswa Perkapalan Kandidat No.1 Menghadirkan satu-satunya perempuan yang menjadi calon ketua lembaga tinggi di pemilu kali ini Siti Ismini,disusul Arvandy Rodi Massang sebagai kandidat No.2 dan terakhir sebagai kandidat No.3 Hadir Erwiansyah.
Dan pada pemilihan Calon Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Perkapalan menempatkan Ashadi sebagai kandidat No.1,Disusul Muh.Akbar sebagai kandidat No.2,dan terakhir kandidat No.3 Muhammad Randi RJ.
Dalam debat kandidat kemarin yang sempat saya catat,sebuah pertanyaan datang dari mantan Koordinator pengkaderan HMP FT-UH Periode 2010-2011,yang juga saat ini menjabat sebagai Ketua HmI Komisariat Teknik. ”Bagaimana melihat kondisi kekinian di tubuh OKFT-UH” singkatnya,dan masing masing calon mengungkapkan pandangan dan pendapatnya.
Menurut Siti Ismini,kurangnya partisipasi anggota dari setiap Jurusan ditingkat OKFT-UH menjadi masalah saat ini,dan solusi yang ditawarkan adalah tiap OKJ harus menata dan memperbaiki kondisi internalnya,sehingga dapat mengoptimalkan partisipasi anggota ditingkat OKFT-UH,tidak mau kalah dengan siti ismini,Arvandy pun mengemukakan bahwa kondisi yang dialami OKFT-UH saat ini adalah kurangnya partisipasi anggota yang diakibatkan oleh krisis kader yang dialami Teknik saat ini,sehingga Lembga legislatif dan Yudikatif harus tegas dan sigap dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan anggota OKFT-UH,senada dengan Siti Ismini dan Arvandy,Erwiansyah membenarkan krisis kader karena Anggota OKFT-UH saat ini lebih mementingkan kegiatan-kegiatan OKJ masing-masing ,solusinya lembaga legislatif dan Yudikatif harus memiliki terobosan-terobosan baru.
Adapun pendapat dari para calon ketua umum HMP-FT-UH ,hampi r sama dengan yang diungkapkan para calon dari ketua DMMP FT-UH dengan tetap mengkritisi kurangnya partisipasi kader, Ashadi mengatakan bahwa kurangnya partisipasi kader terlihat jelas di Sidang Kongres Mahasiswa Teknik,hanya segelintir orang saja dari ribuan kader OKFT-UH yang telah dilahirkan, namun ada jawaban yang sedikit berbeda dari Muh.Akbar, yaitu kurang padunya Enam Jurusan di OKFT-UH karena adanya warna dan Nilai-Nilai yang berbeda ditiap OKJ, sehingga itu yang harus disatukan sehingga tak ada lagi kesenjangan antar OKJ ditubuh OKFT-UH, dan terakhir Muh.Randi RJ mengatakan bahwa kondisi di OKFT-UH hampir mirip sama dengan kondisi di OKJP FT-UH, yaitu terjadinya kesenjangan antar angkatan.
Debat yang berlangsung kemarin memang menandai dipukulnya gong pertanda pertarungan memperbutkan kursi lembaga-lembaga tinggi OKJP FT-UH dimulai, sekitar Kurang lebih 700an Warga OKJP FT-UH diharapkan akan menentukan Pilihannya dalam Pesta Demokrasi Terbesar Organisasi Kemahasiswaan Jurusan Perkapalan, semoga hal ini berlangsung dengan baik dan sesuai dengan kaidah-kaidah Demokrasi yang menjunjung tinggi Kejujuran, Keadilan, Kebebasan dan Kerahasiaan dan Satu hal yang bisa kita tambahkan yaitu Nilai-Nilai sportif bagi para calon dan tim “Hore”-nya masing-masing yang harus mereka junjung,baik sebelum pemilihan maupun setelah pemilihan.
Yang terpenting perlu diketahui bagi para warga OKJP FT-UH bahwa siapapun yang terpilih nantinya mereka akan menjadi pasangan Dwi Tunggal yang akan Menahkodai Organisasi Kemakasiswaan Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin selama satu periode kepengurusan,semoga hal ini akan menjadi pertimbangan anda agar memilih kader yang betul-betul anda percaya sebagai pelanjut kepemimpinan Dewan musyawarah Mahasiswa Perkapalan Dan Himpunan Mahasiswa Perkapalan.

Salam Demokrasi…
Jayalah Terus Perkapalan!
(Fitra Lukyta Minra)

STORY

Oleh Achmad Yasir Baeda

“Diaaaannn ….”

Buru-buru Dian bangkit dari himpitan sepupu-sepupunya di sofa depan. Begitu banyak orang yang dilewatinya menuju kamar belakang. Kamar Abah Aki’. Di pintu kamar dilihatnya ayahnya menganggukkan kepalanya, menandakan ajakan untuk masuk. Dian menggigit bibir. Apa gerangan yang akan didapatinya di dalam sana. Setahu dia dan sepupu-sepupunya yang lain, Abah Aki’, sudah sakit sejak lama. Dan tatkala dekat Iedul Adha, sakitnya makin menjadi. Diingatnya, awal sakitnya tahun lalu, juga di saat-saat seperti ini, awal Zulhijjah. Bermula tatkala terjatuh di kamar mandi kala ingin berwudhu. Kemudian orang-orang bilang kalau Abah Aki’ stroke. Waktu itu Dian belum mengerti apa arti stroke. Namun dilihatnya, Abah seperti lumpuh. Tangan dan kaki kanannya tidak dapat digerakkanya seperti dulu tatkala mengayun-ayunkan Dian di pelataran depan. Apalagi setelah itu, Abah Aki’ selalu memberinya dua bungkus coklat Full Milk kesukaannya. Mmhmh .... tapi itu sudah lama. Sudah setahun yang lalu.



Ayah membelai rambutnya yang dikuncir dua.

“Dian masuk ya? Abah Aki’ mau lihat Dian, mau ngobrol dengan Dian”

Dian tidak berkata-kata, hanya mengangguk pelan sambil tetap menggigit-gigit bibir bawahnya. Diterka-terkanya dalam hayal, bagaimana tampang Abah Aki’ sekarang ya? Apa masih seperti waktu dia dan Ibunya datang menjenguk bulan lalu? Berbaring saja dengan nafas mendengkur keras namun mata yang sama sekali tidak terpejam? Atau malah menyambutnya dengan Full Milk kesukaannya kemudian mulai mengayun-ayunnya dengan kaki kanannya yang kuat itu? Dian tetap melangkah masuk, walau angannya entah melayang kemana.

Asa akan Full Milk dan ayunan itu sontak hilang dalam temaram lampu, tatkala dilihatnya Abah Aki’ masih terbaring lemah di ranjang. Namun kali ini tak terdengar dengkuran kerasnya. Atau mungkin tertelan suara Mamah yang mengaji sambil terisak di lantai samping ranjang. Di sisi-sisi ranjang lainnya, ada tante-tantenya, yang juga ikut mengaji. Suasana ini membuat mata Dian ikut berkaca-kaca. Walau tak ada suara tangis keluar dari mulutnya, namun perlahan air mulai menganak dari matanya.

Bermenit berlalu. Dian tetap mematung. Dilihatnya tak ada yang menyadari kehadirannya. Diberanikannya bergerak mendekati ranjang. Diraihnya pelan tangan Abah Aki’ yang tergulai lemah. Telapaknya hangat, walau dingin di ujung-ujung jarinya. Dirasakannya Abah Aki’ menggenggam balik. Pelan namun pasti. Kemudian wajah yang tadinya menghadap lain, kini berbalik perlahan ke arahnya. Abah Aki’ menatapnya. Lamat-lamat. Tatapan itu dirasakan Dian seperti sembilu. Terasa benar beban yang menghantam kepalanya dari mata tua abu-abu Abah Aki’. Dian merasa tangannya ditarik. Didekatkannya kepalanya ke kepala Abah Aki’. Abah Aki’ berbisik. Dian diam mendengar. Lemah namun jelas. Seperti sengaja diukir di dinding jantungnya. Menggurat tegas dan keras. Tak lama, genggaman tangan besar itupun melemah. Sampai akhirnya jatuh terkulai. Kali ini, semuanya berhenti mengaji. Tangis pun meledak. Dian masih diam, terpekur dan akhirnya tergeser sampai ke dinding kamar. Walau sejenak dapat menahan getir, akhirnya Dian lemas juga. Pingsan.



“Yalla yalla ….. “

Teriakan asykar Masjidil Haram membangunkannya dari lamunan. Dian yang sedari tadi bergerak tawaf wada bersama suaminya melirik ke kiri. Bayangan orang itu masih ada. Bayangan sekilas sangat mirip dengan Abah Aki’. Bayangan yang membuatnya mengenang masa-masa akhir hidup Abah Aki’. Bayangan yang akhirnya membuatnya terbawa gerakan jamaah lainnya yang kemudian memisahkannya dengan suaminya. Diingatnya lagi, tatkala selepas penguburan Abah Aki’, orang-orang mulai bertanya macam-macam padanya. Tante Yuni, Mang Adil, Kang Juji’ sampai Mamah.

“Eh Dian, apa teh yang dibisikkan Abah ke kamu? Beritahu Mamah ya?” Namun Dian menjawabnya dengan gelengan. Berkali-kali Mamah dan Ayahnya bertanya, Dian tetap menggeleng.

Pertanyaan itu terus menerus mengalir ke telinganya. Tanpa kenal waktu, tempat dan orang. Sampai-sampai orang yang sementara belanja di warung sebelah juga sempat bertanya soal bisikan Abah Aki’ itu padanya. Namun Dian tetap menggeleng. Dan menggeleng. Dan terus menggeleng.

Karena sikapnya itu, akhirnya tak ada lagi yang mau bertanya. Perlahan kejadian itu akhirnya dilupakan. Sampai Dian bosan sendiri, karena tak ada lagi yang bertanya.

Suatu ketika, tatkala hampir lulus SMP, Dian sempat bertanya ke ibunya.

“Mah, dulu waktu Abah Aki’ meninggal, kok Dian ditanyain terus soal bisikan Abah Aki’ ke Dian. Kenapa orang-orang itu nanyain itu yah?”

Mamahnya tersenyum menoleh.

“Orang-orang itu mau dapat wangsit dari Abah Aki’”

“Berarti Mamah mau juga dong?”

“Yah, pastilah. Abah Aki’ kan abah Mamah. Siapa tahu ada pesan Abah yang sebenarnya mestinya disampaikan ke anak-anaknya tapi akhirnya disampaikan ke Dian”

“Kenapa mesti Dian yang dibisikin Mah?”

“Ya karena Dian kan yang paling dekat dengan Abah saat itu. Jadi dengan nafas-nafas terakhir, Abah hanya bisa mendekat ke Dian. Apa sih yang dibisikin Abah Aki’ ke Dian?”

Dian kaget. Ditatapnya wajah Mamahnya tajam. Dian pun kembali menggeleng. Lagi dan lagi. Seperti dulu.



Dian kembali tersadar. Iring-iringannya sudah kembali mendekat Hajar Aswad. Dilihatnya kali ini posisinya semakin dekat ke dinding Ka’bah. Bayangan orang itu masih ada. Seperti magnit, badannya mengikuti arah langkah menuju ke kiri tajam. Tangan suaminya sudah sejak dua putaran lalu tak lagi digenggamnya. Dorongan ke kiri semakin kuat. Diliriknya lagi ke arah bayangan itu. Dian kaget. Bayangan itu hilang, terganti dengan tatapan sangar dua asykar yang menjaga di kiri kanan Hajar Aswad, yang terus menerus mengibaskan tangannya dan memberikan jalan padanya mendekat.

“Yalla …. Yalla ……., tafaddal ya hajjah …. Tafaddal”

Ya Allah, Dian terhenyak. Abah Aki’ berdiri di samping Hajar Aswad. Tersenyum sambil mengangkat kedua tangannya seakan mempersilakannya menuju batu hitam itu. Dian melangkah cepat. Diingatnya akan langkah-langkahnya menuju ranjang Abah Aki’ puluhan tahun silam. Langkah yang terdorong kekuatan batin yang luar biasa dahsyatnya. Direngkuhnya tangan Abah Aki’. Namun yang digenggamnya ternyata adalah pinggiran perak Hajar Aswad. Masih dengan dorongan yang sama, wajahnya bergerak mendekat. Diciumnya batu hitam itu dengan mata terpejam. Terasa tubuhnya meringan kemudian melayang, tak menjejak lagi. Sembari terbang, diingatnya kembali bisikan Abah Aki’ ditelinganya.

“Sampaikan salam Abah untuk Allah ya? Hanya untuk Allah”

Dianpun tersenyum puas.



Saijo-Hiroshima, 19 Desember 2008
La Tore

HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Pendidikan Indonesia mulai mendapatkan cahayanya ketika lahir seorang pelopor pendidikan bagi orang-orang pribumi dijaman penjajahan belanda pada tanggal 2 Mei 1889, dialah Ki Hajar Dewantara atau kemudian dipanggil Soewardi.Tanggal kelahirannya kemudian diabadikan menjadi Hari Pendidikan Nasional.

Enam setengah dekade sudah kita merdeka dari penjajah,namun ternyata enam decade belum cukup untuk memajukan pendidikan kita,masih ada ribuan anak anak disekitar kita yang belum mendapat pendidikan yang layak,bahkan jutaan anak-anak diindonesia belum mendapatkan pendidikan formal.

Kita perlu mencari akar permasalahan negeri ini,mengapa tak banyak kemajuan dibidang pendidikan,apakah karena tak meratanya pendidikan gratis? Ataupun karena tak ada pembangunan ifrastruktur yang merata disetiap daerah?,sehingga banyak daerah yang masih belum memiliki sekolah ataupun sekolah yang dimiliki daerah tertentu tak layak sebagai penyelenggarakan pendidikan sehingga pendidikan tidak bisa menuntun anak-anak Indonesia yang kurang beruntung.

Jika kita kembali berandai-andai.Andai saja kemiskinan di Indonesia sudah bisa diatasi dari dulu apakah kita perlu sekolah gratis lagi? Tentu saja tidak!,toh rakyat Indonesia sudah makmur sentosa,dan pastinya mampu membayar uang sekolah untuk mendapatkan pendidikan. Bagaimana dengan infrastrukturnya?,jika kita makmur mana mungkin ada sekolah yang compang camping,dan tak layak guna,orang tua mana yang rela melihat anaknya terancam terkena reruntuhan sekolah yang hampir rubuh,pastinya tak ada lagi sekolah ambruk andai kita sudah makmur.

Mungkin dari sini sudah dapat ditarik kesimpulan,ternyata akarnya adalah kemiskinan,sehingga ada rakyat Indonesia yang kurang beruntung tak mampu membayar uang sekolah,untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi anak-anak mereka.

Lalu mengapa pemerintah sangat sulit memberantas kemiskinan?sangat sulit mengurangi kemiskinan secara signifikan?,apa dia tahu bahwa disini masih banyak rakyat miskin?,jika tidak, apa gunanya 500an perwakilan kita di senayan?, katanya mereka wakil kita,tapi kok dia kaya sedangkan yang diwakilinya miskin?,kok dia tinggal diistana tapi yang diwakilinya tinggal digubuk?,kok dia naik mobil mewah tapi yang diwakilinya Cuma naik becak?,jika seperti itu faktanya ternyata akarnya bukan kemiskinan,tetapi bisa jadi wakil-wakil kita yang mungkin sebenarnya tidak mewakili kita.benarkah?

Benar atau tidak tapi ada sebagian dari “wakil kita” memang terpedaya dengan kefanatikan kelompok/partainya dan melupakan esensi dari tujuan mereka duduk dikursi empuk para wakil rakyat.mereka cenderung memperjuangkan kepentingan kelompoknya dari pada konstituennya yang berharap banyak pada mereka.

Namun mengapa wakil-wakil seperti itu bisa duduk manis di kursi orang-orang terhormat? Dikursi para pejabat-pejabat yang harus memperjuangkan kita?,tidak lain dari kebodohan rakyat kita sendiri yang rela menukarkan satu suara dengan 1 paket sembako dan sarung!. Nah itulah intinya,kita masih miskin dan tertinggal karena mental buruk dari bangsa kita sendiri. Menjual 5 tahun demi mendapatkan kebutuhan hidup seminggu,sehingga dapat kita tarik benang merahnya bahwa sebagian rakyat Indonesia belum mendapatkan pendidikan yang layak karena terbelenggu kemiskinan,yang gagal diperjuangkan oleh wakil rakyat kepada pemerintah dikarenakan sebahagian dari wakil rakyat kita yang duduk manis disenayan terpilih berkat pilihan rakyat sendiri yang menjual suranya demi kebutuhan keluarganya selama seminggu dan tak memperdulikan kebutuhan rakyat Indonesia secara keseluruhan selama 5 tahun.

Egoisme,Mental Buruk,dan Kurang sabar memang masih menjadi permasalahan utama bangsa kita,jika ingin membangun INDONESIA tercinta ini,kita perlu memulainya dari diri sendiri tanpa menyalahkan orang lain.tapi mulailah meyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada bangsa ini lalu mengajak kepada yang lain untuk sadar,bahwa kita perlu berubah!

Indonesia sekarang bukanlah Indonesia yang dulu,dulu kita bangsa yang ramah (kata leluhur kita),sekarang kita bangsa pemarah. Dulu kita bangsa yang satu dan Cinta gotong royong, sekarang kita bangsa yang terkotak-kotak dan cenderung Individual. Jadi mari kita benahi diri sendiri demi bangsa dan pendidikan anak-anak Indonesia!

“SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL”