HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Pendidikan Indonesia mulai mendapatkan cahayanya ketika lahir seorang pelopor pendidikan bagi orang-orang pribumi dijaman penjajahan belanda pada tanggal 2 Mei 1889, dialah Ki Hajar Dewantara atau kemudian dipanggil Soewardi.Tanggal kelahirannya kemudian diabadikan menjadi Hari Pendidikan Nasional.

Enam setengah dekade sudah kita merdeka dari penjajah,namun ternyata enam decade belum cukup untuk memajukan pendidikan kita,masih ada ribuan anak anak disekitar kita yang belum mendapat pendidikan yang layak,bahkan jutaan anak-anak diindonesia belum mendapatkan pendidikan formal.

Kita perlu mencari akar permasalahan negeri ini,mengapa tak banyak kemajuan dibidang pendidikan,apakah karena tak meratanya pendidikan gratis? Ataupun karena tak ada pembangunan ifrastruktur yang merata disetiap daerah?,sehingga banyak daerah yang masih belum memiliki sekolah ataupun sekolah yang dimiliki daerah tertentu tak layak sebagai penyelenggarakan pendidikan sehingga pendidikan tidak bisa menuntun anak-anak Indonesia yang kurang beruntung.

Jika kita kembali berandai-andai.Andai saja kemiskinan di Indonesia sudah bisa diatasi dari dulu apakah kita perlu sekolah gratis lagi? Tentu saja tidak!,toh rakyat Indonesia sudah makmur sentosa,dan pastinya mampu membayar uang sekolah untuk mendapatkan pendidikan. Bagaimana dengan infrastrukturnya?,jika kita makmur mana mungkin ada sekolah yang compang camping,dan tak layak guna,orang tua mana yang rela melihat anaknya terancam terkena reruntuhan sekolah yang hampir rubuh,pastinya tak ada lagi sekolah ambruk andai kita sudah makmur.

Mungkin dari sini sudah dapat ditarik kesimpulan,ternyata akarnya adalah kemiskinan,sehingga ada rakyat Indonesia yang kurang beruntung tak mampu membayar uang sekolah,untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi anak-anak mereka.

Lalu mengapa pemerintah sangat sulit memberantas kemiskinan?sangat sulit mengurangi kemiskinan secara signifikan?,apa dia tahu bahwa disini masih banyak rakyat miskin?,jika tidak, apa gunanya 500an perwakilan kita di senayan?, katanya mereka wakil kita,tapi kok dia kaya sedangkan yang diwakilinya miskin?,kok dia tinggal diistana tapi yang diwakilinya tinggal digubuk?,kok dia naik mobil mewah tapi yang diwakilinya Cuma naik becak?,jika seperti itu faktanya ternyata akarnya bukan kemiskinan,tetapi bisa jadi wakil-wakil kita yang mungkin sebenarnya tidak mewakili kita.benarkah?

Benar atau tidak tapi ada sebagian dari “wakil kita” memang terpedaya dengan kefanatikan kelompok/partainya dan melupakan esensi dari tujuan mereka duduk dikursi empuk para wakil rakyat.mereka cenderung memperjuangkan kepentingan kelompoknya dari pada konstituennya yang berharap banyak pada mereka.

Namun mengapa wakil-wakil seperti itu bisa duduk manis di kursi orang-orang terhormat? Dikursi para pejabat-pejabat yang harus memperjuangkan kita?,tidak lain dari kebodohan rakyat kita sendiri yang rela menukarkan satu suara dengan 1 paket sembako dan sarung!. Nah itulah intinya,kita masih miskin dan tertinggal karena mental buruk dari bangsa kita sendiri. Menjual 5 tahun demi mendapatkan kebutuhan hidup seminggu,sehingga dapat kita tarik benang merahnya bahwa sebagian rakyat Indonesia belum mendapatkan pendidikan yang layak karena terbelenggu kemiskinan,yang gagal diperjuangkan oleh wakil rakyat kepada pemerintah dikarenakan sebahagian dari wakil rakyat kita yang duduk manis disenayan terpilih berkat pilihan rakyat sendiri yang menjual suranya demi kebutuhan keluarganya selama seminggu dan tak memperdulikan kebutuhan rakyat Indonesia secara keseluruhan selama 5 tahun.

Egoisme,Mental Buruk,dan Kurang sabar memang masih menjadi permasalahan utama bangsa kita,jika ingin membangun INDONESIA tercinta ini,kita perlu memulainya dari diri sendiri tanpa menyalahkan orang lain.tapi mulailah meyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada bangsa ini lalu mengajak kepada yang lain untuk sadar,bahwa kita perlu berubah!

Indonesia sekarang bukanlah Indonesia yang dulu,dulu kita bangsa yang ramah (kata leluhur kita),sekarang kita bangsa pemarah. Dulu kita bangsa yang satu dan Cinta gotong royong, sekarang kita bangsa yang terkotak-kotak dan cenderung Individual. Jadi mari kita benahi diri sendiri demi bangsa dan pendidikan anak-anak Indonesia!

“SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL”



2 komentar: